I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ilmu dan Teknologi Pangan merupakan program studi yang hampir setiap aktivitasnya berada di dalam laboratorium. Pada saat melakukan
aktivitas di laboratorium tersebut para praktikan, peneliti ataupun laboran sering dihadapkan dengan berbagai macam larutan. Salah satu contoh larutan yang sering kita temukan yaitu larutan buffer
atau yang disebut dengan larutan penyangga memiliki peranan penting dalam
kehidupan sehari-hari.
Larutan buffer dapat diartikan jenis larutan yang dapat
mempertahankan pH agar saat melakukan penambahan asam maupun basa tidak terlalu banyak perubahan pH yang terjadi. Contoh aplikasi larutan buffer misalnya saja dalam tubuh manusia, larutan penyangga berperan penting untuk mempertahankan pH. Hal ini terjadi karena di
dalam cairan sel tubuh terdapat sistem
penyangga, yaitu asam dihidrogen fosfat. Selain
itu larutan buffer digunakan juga dalam analisis kimia, bakteriologi, zat warna, fotografi, dan industri kulit.
Mahasiswa program studi Ilmu dan Teknologi pangan perlu mengetahui metode pengenceran dan pembuatan larutan buffer dengan baik. Baik rumus yang digunakan maupun mengetahui jenis larutan dan padatan yang akan digunakan. Berdasarkan uraian diatas maka dilakukanlah praktikum pengenceran dan pembuatan larutan buffer.
B.
Tujuan
dan Kegunaan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai dalam percobaan ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui cara pengenceran.
2.
Untuk
mengetahui cara pembuatan larutan buffer.
Kegunaan dari praktikum mengenai pembuatan larutan buffer
adalah dapat memudahkan praktikan dalam melakukan kegiatan di laboratorium
khususnya dalam proses pembuatan larutan buffer.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Larutan
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen
antara molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran
karena susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena
susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang
berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Fase larutan dapat berwujud
gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara. Larutan padat misalnya
perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut,
larutan gula dalam air, dan lain-lain. Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent)
dan zat terlarut (solute). Pada bagian ini dibahas larutan cair
(Darma, 2014).
Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair
yang lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan alkohol. Jika pelarutnya bukan
air, maka nama pelarutnya disebutkan. Misalnya larutan garam dalam alkohol
disebut larutan garam dalam alkohol (alkohol disebutkan), tetapi larutan garam
dalam air disebut larutan garam (air tidak disebutkan). Zat terlarut dapat
berupa zat padat, gas atau cair. Zat padat terlarut dalam air misalnya gula dan
garam. Gas terlarut dalam air misalnya amonia, karbon dioksida, dan oksigen. Zat
cair terlarut dalam air misalnya alkohol dan cuka. Umumnya komponen larutan yang jumlahnya lebih banyak disebut sebagai pelarut. Larutan 40 % alkohol dengan 60 % air disebut larutan alkohol. Larutan 60 % alkohol dengan 40 % air disebut larutan air dalam alkohol. Larutan 60 % gula dengan 40 % air disebut larutan gula karena dalam larutan itu
air terlihat tidak berubah sedangkan gula berubah dari padatan (kristal)
menjadi terlarut (menyerupai air) (Darma, 2014).
B.
Pengenceran
Pengenceran yaitu suatu cara atau metoda yang diterapkan
pada suatu senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim
dipakai yaitu aquadest dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu
senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari
senyawa yang dilarutkan/diencerkan. Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi
tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak kita inginkan.Untuk
mengetahui konsentrasi yang sebenarnya perlu dilakukan standarisasi. Standarisasi
sering dilakukan dengan titrasi. Zat-zat yang di dalam jumlah yang relatif besar disebut pelarut. Pengenceran
diartikan pencampuran yang bersifat homogen antara zat terlarut dan pelarut dalam larutan.Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang
jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau
solven (Alfa, 2014).
V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan: V= volume cairan (L),
M= molaritas (mol/L)
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi
tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih
besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada
pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman,
asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika
air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian
besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat
memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit (Alfa, 2014).
Pengenceran yaitu
penambahan pelarut yang mengakibatkan jumlah pelarut lebih banyak dibandingkan
jumlah zat terlarutnya. Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu yang
berasal dari larutan pekat, maka diambil dengan volume tertentu (dengan
gelas ukur atau pipet ukur) larutan pekat yang yang diperlukan kemudian
diencerkan dengan aquades sampai volume yang dikehendaki. Ketelitian dalam pengenceran merupakan salah
satu faktor untuk memproleh ketepatan konsentrasi yang diinginkan, karena itu
pengenceran akan lebih baik jika dilakukan di dalam labu takar (Tim Dosen Kimia Universitas Hasanuddin, 2010).
C.
Molaritas
Molaritas (disingkat M) adalah
salah satu ukuran konsentrasi larutan. Molaritas suatu larutan menyatakan jumlah mol suatu zat
per liter larutan. Umumnya konsentrasi larutan berair encer
dinyatakan dalam satuan molar. Keuntungan menggunakan satuan molar adalah
kemudahan perhitungan dalam stoikiometri, karena konsentrasi dinyatakan dalam jumlah
mol (sebanding dengan jumlah partikel yang sebenarnya). Kerugian dari
penggunaan satuan ini adalah ketidaktepatan dalam pengukuran volum. Selain itu,
volum suatu cairan berubah sesuai temperatur, sehingga molaritas larutan dapat berubah tanpa
menambahkan atau mengurangi zat apapun. Selain itu, pada larutan yang tidak begitu encer, volume molar dari
zat itu sendiri merupakan fungsi dari konsentrasi, sehingga hubungan molaritas-konsentrasi tidak linear (Wikipedia, 2014).
M =n/V
Keterangan : M = Molaritas
n = mol
V = Volume (L)
D.
Larutan Buffer
Larutan penyangga adalah larutan yang
bersifat mempertahankan pH-nya, jika ditambahkan sedikit asam atau sedikit basa atau diencerkan. Larutan
penyangga merupakan campuran asam lemah dengan basa konjugasinya atau campuran
basa lemah dengan asam konjugasinya. Nilai pH larutan
buffer tidak berubah (konstan) setelah penambahan sejumlah asam, basa, maupun
air. Larutan buffer mampu menetralkan penambahan asam maupun basa dari luar
(Utami, 2009).
Larutan buffer
bisa dibuat bukan dari campuran antara basa lemah dengan garamnya saja.Larutan buffer dapat juga berupa campuran hasil reaksi dari basa lemah dan asam kuat asalkan banyaknya
basa lemah lebih banyak dari pada asam kuat yang dicampurkan. Cara ini lebih umum dilakukan untuk larutan buffer (Tim Dosen Kimia Universitas
Hasanuddin, 2010).
Larutan buffer
dapat dibuat dengan berbagai cara. Larutan buffer asam dapat dibuat dengan cara
mencampurkan sejumlah larutan asam lemah dengan larutan basa konyugasinya
secara langsung. Selain itu, larutan buffer asam juga dapat dibuat dengan
mencampurkan sejumlah larutan basa kuat dengan larutan asam lemah berlebih.Setelah reaksi selesai, campuran
dari larutan basa konjugasi yang terbentuk dan sisa larutan asam lemah membentuk
larutan buffer asam. Cara yang serupa, larutan buffer basa juga dapat dibuat
melalui dua cara. Pertama, mencampurkan sejumlah larutan basa lemah dengan
larutan asam konjugasinya secara langsung. Cara kedua, mencampurkan sejumlah
larutan asam kuat dengan larutan basa lemah berlebih.Setelah reaksi selesai,
campuran dari larutan asam konjugasi yang terbentuk dan sisa larutan basa lemah
membentuk larutan buffer basa (Andy, 2009).
E.
Jenis – Jenis
Larutan Buffer
Jenis-jenis larutan buffer berdasarkan Chyntia (2014), yaitu:
1.
Larutan
Buffer yang Bersifat Asam
Larutan ini
mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini
dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari
asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu
basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan
menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang
bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natrium, kalium,
barium, kalsium, dan lain-lain.
Contoh yang
biasa merupakan campuran asam etanoat dan natrium etanoat dalam larutan. Pada
kasus ini, jika larutan mengandung konsentrasi molar yang sebanding antara asam
dan garam, maka campuran tersebut akan memiliki pH 4.76. Ini bukan suatu
masalah dalam hal konsentrasinya, sepanjang keduanya memiliki konsentrasi yang
sama. Kita dapat mengubah pH larutan penyangga dengan mengubah rasio asam
terhadap garam, atau dengan memilih asam yang berbeda dan salah satu garamnya.
2.
Larutan
Buffer yang bersifat Basa
Apabila suatu basa lemah dicampur dengan asam
konjugasinya maka akan terbentuk suatu larutan buffer basa. Larutan ini akan
mempertahankan pH pada daerah basa (pH>7). Misalnya larutan campuran NH3
dengan ion amonium (NH4+). Larutan buffer basa juga dapat
terjadi dari campuran suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemah dicampurkan berlebih. Jika ke dalam larutan ditambahkan suatu
asam kuat, maka ion H+ yang berasal dari asam itu akan mengikat atau bereaksi
dengan ion OH-. Hal itu menyebabkan kesetimbangan larutan menjadi bergeser ke
kanan sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan atau dengan kata lain pH
larutan stabil atau dapat bertahan. Demikian juga pada penambahan suatu basa
kuat, jumlah ion OH- dalam larutan akan bertambah. Hal ini akan menyebabkan
kesetimbangan larutan menjadi bergeser ke kiri sehingga konsentasi ion OH-
dapat dipertahankan dan pH larutan tidak berubah.
F.
Buffer Sitrat
Seperti yang kita ketahui bahwa
larutan buffer memiliki peranan yang sangat penting, tidak hanya bagi tubuh
manusia namun juga dalam pekerjaan laboratorium. Larutan buffer diperlukan agar kondisi
atau tingkat keasaman atau kebasaan dalam suatu larutan tetap terjaga pada
nilai pH yang diinginkan. Hal tersebut terutama untuk zat-zat yang sifatnya sensitive terhadapadanya
perubahan sedikit pH. Salah satu contoh larutan buffer yaitu buffer sitrat yangdigunakan untuk kisaran pH asam, yaitu pada kisaran
nilai pH 3.0 – 6.2 (Rachma, 2014).
Buffer sitrat merupakan larutan buffer dengan pH 6. Jenis
larutan untuk pembuatan buffer sitrat yaitu larutan asam sitrat, natrium sitrat, natrium
dihidrogen fosfat dan terakhir dinatrium monohidrogen fosfat.Natrium sitrat digunakan sebagai
zat buffer untuk mengontrol pH guna membantu mengatur kegetiran atau untuk
mengontrol keasaman.Larutan buffer pH 6 dapat juga dibuat dari campuran larutan kalium dihidrogen fosfat dan
natrium hidroksida (Susi, 2008).
G.
Aplikasi Buffer
Larutan penyangga sangat penting dalam kehidupan,
misalnya dalam analisis kimia, biokimia, bakteriologi, zat warna, fotografi,
dan industri kulit. Darah dalam tubuh manusia mempunyai kisaran pH 7,35 sampai
7,45 dan apabila pH darah manusia di atas 7,8 akan menyebabkan organ tubuh
manusia dapat rusak, sehingga harus dijaga kisaran pHnya dengan larutan
penyangga (Sahri, 2013).
Fungsi penambahan larutan buffer dalam suatu larutan
adalah untuk mempertahankan nilai pH tertentu larutan agar tidak banyak berubah
selama reaksi kimia berlangsung. Sifat yang khas dari larutan penyangga ini
adalah pH-nya hanya berubah sedikit dengan pemberian sedikit asam kuat atau
basa kuat. Larutan penyangga mengandung komponen asam dan basa dengan asam dan basa konjugasinya, sehingga dapat mengikat baik ion H+
maupun ion OH-. Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat
tidak mengubah pH-nya secara signifikan (Wikipedia, 2014).
Beberapa fungsi larutan penyangga menurut Sahri (2013),
adalah sebagai berikut :
1.
Darah
sebagai Larutan Penyangga
Ada
beberapa faktor yang terlibat dalam pengendalian pH darah, diantaranya
penyangga karbonat, penyangga hemoglobin dan penyangga sebagai berikut :
a. Penyangga
Karbonat
Penyangga karbonat berasal dari campuran asam karbonat (H2CO3)
dengan basa konjugasi bikarbonat (HCO3). Penyangga karbonat sangat
berperan penting dalam mengontrol pH darah. Pelari maraton dapat mengalami
kondisi asidosis,
yaitu penurunan pH darah yang disebabkan oleh metabolisme yang tinggi sehingga
meningkatkan produksi ion bikarbonat. Kondisi asidosis ini dapat mengakibatkan
penyakit jantung, ginjal, diabetes miletus (penyakit gula) dan diare. Orang
yang mendaki gunung tanpa oksigen tambahan dapat menderita alkalosis, yaitu peningkatan
pH darah.Kadar oksigen yang sedikit di gunung dapat membuat para pendaki
bernafas lebih cepat, sehingga gas karbondioksida yang dilepas terlalu
banyak, padahal CO2 dapat larut dalam air menghasilkan H2CO3.
Hal ini mengakibatkan pH darah akan naik. Kondisi alkalosis dapat mengakibatkan hiperventilasi (bernafas
terlalu berlebihan, kadang kadang karena cemas dan histeris).
b. Penyangga
Hemoglobin
Pada darah, terdapat hemoglobin yang dapat mengikat
oksigen untuk selanjutnya dibawa ke seluruh sel tubuh. Asam hemoglobin ion aksi
hemoglobin keberadaan oksigen pada reaksi di atas dapat memengaruhi konsentrasi
ion H+, sehingga pH darah juga dipengaruhi olehnya. Pada reaksi di
atas O2 bersifat basa.Hemoglobin yang telah melepaskan O2
dapat mengikat H+ dan membentuk asam hemoglobin. Sehingga ion H+
yang dilepaskan pada peruraian H2CO3 merupakan asam yang
diproduksi oleh CO2 yang terlarut dalam air saat metabolisme.Reaksi
kesetimbangan dari larutan penyangga oksi hemoglobin adalah:
HHb + O2 (g) « HbO2-
+ H+
c. Penyangga
Fosfat
Pada cairan intra sel, kehadiran penyangga fosfat sangat penting dalam mengatur pH darah.Penyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah
7,4. Penyangga di luar sel hanya sedikit jumlahnya, tetapi sangat penting untuk
larutan penyangga urin.
2. Air
Ludah sebagai Larutan Penyangga
Gigi dapat larut jika
dimasukkan pada larutan asam yang kuat. Email gigi yang rusak dapat menyebabkan
kuman masuk ke dalam gigi. Air ludah dapat mempertahankan pH pada mulut sekitar 6,8. Air liur mengandung larutan penyangga fosfat yang dapat
menetralisir asam yang terbentuk dari fermentasi sisa-sisa makanan.
3.
Menjaga
Keseimbangan pH Tanaman
Suatu metode penanaman
dengan media selain tanah, biasanya dikerjakan dalam kamar kaca dengan
menggunakan mendium air yang berisi zat hara, disebut dengan hidroponik. Setiap tanaman
memiliki pH tertentu agar dapat tumbuh dengan baik. Oleh karena itu dibutuhkan larutan penyangga agar pH dapat dijaga.
4.
Larutan
Penyangga pada Obat-Obatan
Asam asetilsalisilat
merupakan komponen utama dari tablet aspirin, merupakan obat penghilang rasa nyeri. Adanya asam pada aspirin dapat
menyebabkan perubahan pH pada perut. Perubahan pH ini mengakibakan pembentukan
hormon, untuk merangsang penggumpalan darah, terhambat; sehingga pendarahan
tidak dapat dihindarkan.
Kegunaan larutan penyangga
tidak hanya terbatas pada tubuh makhluk hidup. Reaksi-reaksi kimia di
laboratorium dan di bidang industri juga banyak menggunakan larutan penyangga. Reaksi
kimia tertentu ada yang harus berlangsung pada suasana asam atau suasana basa. Buah-buahan dalam kaleng perlu dibubuhi asam sitrat dan natrium sitrat untuk menjaga pH agar buah tidak mudah dirusak oleh bakteri (Utami, 2009).
III.
METODOLOGI
PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan Tempat
Praktikum Aplikasi Biokimia Pasca Panen ini
dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 10 Februari 2014, pukul 08:30 – 11:30
WITA, bertempat di Laboratorium Kimia Analisa dan Pengawasan Mutu Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan,
Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
B.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini
yaitu :
- labu
takar
- pipet
volume
- bulp
- timbangan
analitik
- erlenmeyer
Bahan-bahan yang digunakan pada
praktikum ini yaitu :
- asam
asetat 0,2 M
- natrium
asetat 0,2 M
- asam
sitrat 0,05 M
- natrium
sitrat 0,05 M
- asam
natrium karbonat 0,1 M
- natrium
karbonat 0,1 M
- aluminium
foil
- tissue
-
label
-
aquades
C. Prosedur
Praktikum
Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum kali ini adalah :
· - Pembuatan
larutan Natrium Sitrat
a. Disiapkan
alat dan bahan.
b. Dihitung
massa Natrium Sitrat padat.
c. Ditimbang
Natrium Sitrat 1,47 gr.
d. Dimasukkan
kedalam labu erlenmeyer.
e. Ditambahkan
aquadest 100ml.
f.
Dihomogenkan.
· - Pembuatan
larutan buffer sitrat
a. Dipipet
86ml ke labu takar Natrium Sitrat.
b. Dipipet
14 ml kelabu takar Asam Sitrat.
c. Dihomogenkan
kedua larutan tersebut dan di beri label.
D. Perlakuan
Praktikum
Perlakuan praktikum yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Buffer
asetat pH 5:
· Asam
Asetat 0,2 M
· Natrium
Asetat 0,2 M
2. Buffer
sitrat pH6:
· Asam
Sitrat 0,05 M
· Natrium
Sitrat 0,05 M
3. Buffer
karbonat pH11:
· NaHCO3
0,1 M
· Natrium
Karbonat 0,1 M
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil praktikum kali ini dapat dilihat pada
gambar sebagai berikut:
Tabel 01.Volume dan Konsentrasi
Larutan Buffer.
Jenis Buffer
|
Larutan
|
Molaritas
(M)
|
Volume
|
Buffer Asetat
pH 5 |
Asam
Asetat
|
0,2 M
|
32ml
|
Natrium
Asetat
|
0,2 M
|
68ml
|
|
Buffer Sitrat
pH 6
|
Asam
Sitrat
|
0,05 M
|
14 ml
|
Natrium
Sitrat
|
0,05 M
|
86 ml
|
|
Buffer Karbonat
pH 11
|
Asam
Natrium Karbonat
|
0,1 M
|
5,5 ml
|
Natrium
Karbonat
|
0,1 M
|
94,5 ml
|
Sumber: Data Primer Hasil PraktikumAplikasi Biokimia dan Pasca
Panen, 2014.
Panen, 2014.
B. Pembahasan
Tahap
pertama yang dilakukan pada praktikum ini yaitu pembuatan larutan natrium
sitrat dengan cara menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan kemudian
menghitung massa padat natrium sitrat dengan menggunakan rumus molaritas yaitu
M =
. Setelah didapatkan hasil massa padatnya
kemudian dilakukan pengenceran dengan menambahkan pelarut yang bersifat netral.
Pelarut yang digunakan pada praktikum ini yaitu aquadest sebanyak 100 ml lalu
dihomogenkan. Hal ini sesuai dengan Alfa (2014), yang menyatakan bahwa pengenceran
yaitu suatu cara atau metoda yang diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan
menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai yaitu aquadest dalam
jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat
menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang
dilarutkan/diencerkan.
Tahap selanjutnya pembuatan larutan
buffer. Larutan buffer ini dapat dibuat dengan mencampurkan suatu asam lemah
atau basa lemah dengan basa kuat atau asam kuat. Adapun jenis larutan buffer yang dibuat pada
praktikum ini yaitu buffer sitrat pH 6, cara membuatnya mencampurkan secara homogen larutan natrium sitrat dan asam
sitrat yang sudah dibuat sesuai dengan volumenya. Adapun volume natrium sitrat
sebanyak 86 ml sedangkan asam sitrat 14 ml.
Hal
ini sesuai dengan Andy (2009), yang menyatakan bahwa larutan buffer dapat
dibuat dengan berbagai cara tergantung dari sifat larutan buffer tersebut.
Larutan buffer bersifat asam dapat dibuat dengan cara mencampurkan sejumlah
larutan basa kuat dengan asam lemah berlebih sedangkan larutan buffer bersifat
basa mencampurkan sejumlah larutan asam kuat dengan larutan basa lemah
berlebih.
V. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum
pembuatan larutan buffer ini yaitu:
1.
Cara
pengenceran pada praktikum ini dilakukan dengan menghitung massa padat natrium
sitrat, setelah itu ditambahkan pelarut dengan menggunakan aquadest sebanyak
100 ml dan dihomogenkan.
2.
Cara pembuatan larutan buffer pada praktikum
ini dengan mencampurkan
suatu asam lemah atau basa lemah dengan basa kuat atau asam kuat. Adapun jenis
larutan buffer yang dibuat pada praktikum ini yaitu buffer sitrat pH 6, cara
membuatnya mencampurkan secara homogen larutan natrium sitrat dan asam sitrat
yang sudah dibuat sesuai dengan volumenya.
B.
Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya yaitu sebaiknya praktikum ini
dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan jadwal yang ditetapkan, agar waktu yang
dibutuhkan untuk praktikum lebih efisien.
DAFTAR
PUSTAKA
Alfa,
2014. Pengenceran-Larutan. http://alfakece.blogspot.com/. [10
Februari, 2014], Makassar.
Andy, 2009. Larutan
Penyangga Buffer. http://andykimia03.wordpress.com. [10 Februari, 2014], Makassar.
Chyntia, 2014. Jenis Larutan Buffer. http://inschemist.blogspot.com/2012/06/
buffer-ala-chyntia-p-xi-ipa-5-08.html, [10 Februari, 2014], Makassar..
Darma, 2014. Larutan. http://ocw.gunadarma.ac.id/course/diploma-three-program/study-program-of-computer-engineering-d3/fisika-dasar2/larutan. [10 Februari, 2014], Makassar.
Nita,
2014. Pelarutan dan Pengenceran. http://forum.um.ac.id/. [10
Februari, 2014], Makassar.
Rachma, 2014. Larutan Buffer
Sitrat. http://id.scribd.com/doc/159729035/CaraMembuat-Larutan-Buffer-Sitrat. [11 Februari, 2014], Makassar.
Sahri, 2013. Fungsi Larutan Buffer. http://sahri.ohlog.com/fungsi-larutan-penyangga.oh81641.html.
[10 Februari, 2014], Makassar.
Susi, 2008. Buffer Sitrat. http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/626/jbptitbpp-gdl-susiherawa-31294-4-2008ts-3.pdf. [11
Februari, 2014], Makassar.
Tim Dosen Kimia Universitas Hasanuddin. 2010. Kimia Dasar. Universitas Hasanuddin: Makassar.
Utami,
Budi, dkk. 2009. Kimia 2 untuk SMA/MA
Kelas XI Program Ilmu Alam. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Wikipedia, 2014. Larutan Penyangga. http://id.wikipedia.org/wiki/Larutan_penya
ngga.[10 Februari, 2014], Makassar.
Wikipedia, 2014. Molaritas. http://id.wikipedia.org/wiki. [10
Februari, 2014], Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar