Minggu, 29 Juni 2014

PEMBUATAN LARUTAN BUFFER

I. PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Ilmu dan Teknologi Pangan merupakan program studi yang hampir setiap aktivitasnya berada di dalam laboratorium. Pada saat melakukan aktivitas di laboratorium tersebut para praktikan, peneliti ataupun laboran sering dihadapkan dengan berbagai macam larutan. Salah satu contoh larutan yang sering kita  temukan yaitu larutan buffer atau yang disebut dengan larutan penyangga memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari.
Larutan buffer dapat diartikan jenis larutan yang dapat mempertahankan pH agar saat melakukan penambahan asam maupun basa tidak terlalu banyak perubahan pH yang terjadi. Contoh aplikasi larutan buffer misalnya saja dalam tubuh manusia, larutan penyangga berperan penting untuk mempertahankan pH. Hal ini terjadi karena di dalam cairan sel tubuh terdapat sistem penyangga, yaitu asam dihidrogen fosfat. Selain itu larutan buffer digunakan juga dalam analisis kimia, bakteriologi, zat warna, fotografi, dan industri kulit.
Mahasiswa program studi Ilmu dan Teknologi pangan perlu mengetahui metode pengenceran dan pembuatan larutan buffer dengan baik. Baik rumus yang digunakan maupun mengetahui jenis larutan dan padatan yang akan digunakan. Berdasarkan uraian diatas maka dilakukanlah praktikum pengenceran dan pembuatan larutan buffer.
B.     Tujuan dan Kegunaan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai dalam percobaan  ini adalah:
1.      Untuk mengetahui  cara pengenceran.
2.      Untuk mengetahui cara pembuatan larutan buffer.
Kegunaan dari praktikum mengenai pembuatan larutan buffer adalah dapat memudahkan praktikan dalam melakukan kegiatan di laboratorium khususnya dalam proses pembuatan larutan buffer.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.     Larutan
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain. Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pada bagian ini dibahas larutan cair (Darma, 2014).
Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan alkohol. Jika pelarutnya bukan air, maka nama pelarutnya disebutkan. Misalnya larutan garam dalam alkohol disebut larutan garam dalam alkohol (alkohol disebutkan), tetapi larutan garam dalam air disebut larutan garam (air tidak disebutkan). Zat terlarut dapat berupa zat padat, gas atau cair. Zat padat terlarut dalam air misalnya gula dan garam. Gas terlarut dalam air misalnya amonia, karbon dioksida, dan oksigen. Zat cair terlarut dalam air misalnya alkohol dan cuka. Umumnya komponen larutan yang jumlahnya lebih banyak disebut sebagai pelarut. Larutan 40 % alkohol dengan 60 % air disebut larutan alkohol. Larutan 60 % alkohol dengan 40 % air disebut larutan air dalam alkohol. Larutan 60 % gula dengan 40 % air disebut larutan gula karena dalam larutan itu air terlihat tidak berubah sedangkan gula berubah dari padatan (kristal) menjadi terlarut (menyerupai air) (Darma, 2014).
B.     Pengenceran
Pengenceran yaitu suatu cara atau metoda yang diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai yaitu aquadest dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan. Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak kita inginkan.Untuk mengetahui konsentrasi yang sebenarnya perlu dilakukan standarisasi. Standarisasi sering dilakukan dengan titrasi. Zat-zat yang di dalam jumlah yang relatif besar disebut pelarut. Pengenceran diartikan pencampuran yang bersifat homogen antara zat terlarut dan pelarut dalam larutan.Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven (Alfa, 2014).
Rumus pengenceran berdasarkan Nita (2014) adalah:
V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan:         V= volume cairan (L),
                           M= molaritas (mol/L)
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit (Alfa, 2014).
Pengenceran yaitu penambahan pelarut yang mengakibatkan jumlah pelarut lebih banyak dibandingkan jumlah zat terlarutnya. Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu yang berasal dari larutan pekat, maka diambil dengan volume tertentu (dengan gelas ukur atau pipet ukur) larutan pekat yang yang diperlukan kemudian diencerkan dengan aquades sampai volume yang dikehendaki. Ketelitian dalam pengenceran merupakan salah satu faktor untuk memproleh ketepatan konsentrasi yang diinginkan, karena itu pengenceran akan lebih baik jika dilakukan di dalam labu takar (Tim Dosen Kimia Universitas Hasanuddin, 2010).
C.     Molaritas
Molaritas (disingkat M) adalah salah satu ukuran konsentrasi larutan. Molaritas suatu larutan menyatakan jumlah mol suatu zat per liter larutan. Umumnya konsentrasi larutan berair encer dinyatakan dalam satuan molar. Keuntungan menggunakan satuan molar adalah kemudahan perhitungan dalam stoikiometri, karena konsentrasi dinyatakan dalam jumlah mol (sebanding dengan jumlah partikel yang sebenarnya). Kerugian dari penggunaan satuan ini adalah ketidaktepatan dalam pengukuran volum. Selain itu, volum suatu cairan berubah sesuai temperatur, sehingga molaritas larutan dapat berubah tanpa menambahkan atau mengurangi zat apapun. Selain itu, pada larutan yang tidak begitu encer, volume molar dari zat itu sendiri merupakan fungsi dari konsentrasi, sehingga hubungan molaritas-konsentrasi tidak  linear (Wikipedia, 2014).
  Rumus Molaritas berdasarkan Wikipedia (2014) yaitu:
M =n/V
Keterangan : M = Molaritas
                             n = mol
                            V = Volume (L)
D.     Larutan Buffer
Larutan penyangga adalah larutan yang bersifat mempertahankan pH-nya, jika ditambahkan sedikit asam atau sedikit basa atau diencerkan. Larutan penyangga merupakan campuran asam lemah dengan basa konjugasinya atau campuran basa lemah dengan asam konjugasinya. Nilai pH larutan buffer tidak berubah (konstan) setelah penambahan sejumlah asam, basa, maupun air. Larutan buffer mampu menetralkan penambahan asam maupun basa dari luar (Utami, 2009).
Larutan buffer bisa dibuat bukan dari campuran antara basa lemah dengan garamnya saja.Larutan buffer dapat juga berupa campuran hasil reaksi dari basa lemah dan asam kuat asalkan banyaknya basa lemah lebih banyak dari pada asam kuat yang dicampurkan. Cara ini lebih umum dilakukan untuk larutan buffer (Tim Dosen Kimia Universitas Hasanuddin, 2010).
Larutan buffer dapat dibuat dengan berbagai cara. Larutan buffer asam dapat dibuat dengan cara mencampurkan sejumlah larutan asam lemah dengan larutan basa konyugasinya secara langsung. Selain itu, larutan buffer asam juga dapat dibuat dengan mencampurkan sejumlah larutan basa kuat dengan larutan asam lemah berlebih.Setelah reaksi selesai, campuran dari larutan basa konjugasi yang terbentuk dan sisa larutan asam lemah membentuk larutan buffer asam. Cara yang serupa, larutan buffer basa juga dapat dibuat melalui dua cara. Pertama, mencampurkan sejumlah larutan basa lemah dengan larutan asam konjugasinya secara langsung. Cara kedua, mencampurkan sejumlah larutan asam kuat dengan larutan basa lemah berlebih.Setelah reaksi selesai, campuran dari larutan asam konjugasi yang terbentuk dan sisa larutan basa lemah membentuk larutan buffer basa (Andy, 2009).
E.     Jenis – Jenis Larutan Buffer
Jenis-jenis larutan buffer berdasarkan Chyntia (2014), yaitu:
1.   Larutan Buffer yang Bersifat Asam
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natrium, kalium, barium, kalsium, dan lain-lain.
Contoh yang biasa merupakan campuran asam etanoat dan natrium etanoat dalam larutan. Pada kasus ini, jika larutan mengandung konsentrasi molar yang sebanding antara asam dan garam, maka campuran tersebut akan memiliki pH 4.76. Ini bukan suatu masalah dalam hal konsentrasinya, sepanjang keduanya memiliki konsentrasi yang sama. Kita dapat mengubah pH larutan penyangga dengan mengubah rasio asam terhadap garam, atau dengan memilih asam yang berbeda dan salah satu garamnya.
2.   Larutan Buffer yang bersifat Basa
Apabila suatu basa lemah dicampur dengan asam konjugasinya maka akan terbentuk suatu larutan buffer basa. Larutan ini akan mempertahankan pH pada daerah basa (pH>7). Misalnya larutan campuran NH3 dengan ion amonium (NH4+). Larutan buffer basa juga dapat terjadi dari campuran suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemah dicampurkan berlebih. Jika ke dalam larutan ditambahkan suatu asam kuat, maka ion H+ yang berasal dari asam itu akan mengikat atau bereaksi dengan ion OH-. Hal itu menyebabkan kesetimbangan larutan menjadi bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan atau dengan kata lain pH larutan stabil atau dapat bertahan. Demikian juga pada penambahan suatu basa kuat, jumlah ion OH- dalam larutan akan bertambah. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan larutan menjadi bergeser ke kiri sehingga konsentasi ion OH- dapat dipertahankan dan pH larutan tidak berubah.
F.     Buffer Sitrat
Seperti yang kita ketahui bahwa larutan buffer memiliki peranan yang sangat penting, tidak hanya bagi tubuh manusia namun juga dalam pekerjaan laboratorium. Larutan buffer  diperlukan agar kondisi atau tingkat keasaman atau kebasaan dalam suatu larutan tetap terjaga pada nilai pH yang diinginkan. Hal tersebut terutama untuk zat-zat yang sifatnya sensitive terhadapadanya perubahan sedikit pH. Salah satu contoh larutan buffer yaitu buffer sitrat  yangdigunakan untuk kisaran pH asam, yaitu pada kisaran nilai pH 3.0 – 6.2 (Rachma, 2014).
Buffer sitrat merupakan larutan buffer dengan pH 6. Jenis larutan untuk pembuatan buffer sitrat yaitu larutan asam sitrat, natrium sitrat, natrium dihidrogen fosfat dan terakhir dinatrium monohidrogen fosfat.Natrium sitrat digunakan sebagai zat buffer untuk mengontrol pH guna membantu mengatur kegetiran atau untuk mengontrol keasaman.Larutan buffer pH 6 dapat juga dibuat dari campuran larutan kalium dihidrogen fosfat dan natrium hidroksida (Susi, 2008).
G.    Aplikasi Buffer
Larutan penyangga sangat penting dalam kehidupan, misalnya dalam analisis kimia, biokimia, bakteriologi, zat warna, fotografi, dan industri kulit. Darah dalam tubuh manusia mempunyai kisaran pH 7,35 sampai 7,45 dan apabila pH darah manusia di atas 7,8 akan menyebabkan organ tubuh manusia dapat rusak, sehingga harus dijaga kisaran pHnya dengan larutan penyangga (Sahri, 2013). 
Fungsi penambahan larutan buffer dalam suatu larutan adalah untuk mempertahankan nilai pH tertentu larutan agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung. Sifat yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit dengan pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat. Larutan penyangga mengandung komponen asam dan basa dengan asam dan basa konjugasinya, sehingga dapat mengikat baik ion H+ maupun ion OH-. Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pH-nya secara signifikan (Wikipedia, 2014).
Beberapa fungsi larutan penyangga menurut Sahri (2013), adalah sebagai berikut :
1.   Darah sebagai Larutan Penyangga
Ada beberapa faktor yang terlibat dalam pengendalian pH darah, diantaranya penyangga karbonat, penyangga hemoglobin dan penyangga sebagai berikut :
a.   Penyangga Karbonat
Penyangga karbonat berasal dari campuran asam karbonat (H2CO3) dengan basa konjugasi bikarbonat (HCO3). Penyangga karbonat sangat berperan penting dalam mengontrol pH darah. Pelari maraton dapat mengalami kondisi asidosis, yaitu penurunan pH darah yang disebabkan oleh metabolisme yang tinggi sehingga meningkatkan produksi ion bikarbonat. Kondisi asidosis ini dapat mengakibatkan penyakit jantung, ginjal, diabetes miletus (penyakit gula) dan diare. Orang yang mendaki gunung tanpa oksigen tambahan dapat menderita alkalosis, yaitu peningkatan pH darah.Kadar oksigen yang sedikit di gunung dapat membuat para pendaki bernafas lebih cepat, sehingga gas karbondioksida yang dilepas terlalu banyak, padahal CO2 dapat larut dalam air menghasilkan H2CO3. Hal ini mengakibatkan pH darah akan naik. Kondisi alkalosis dapat mengakibatkan hiperventilasi (bernafas terlalu berlebihan, kadang kadang karena cemas dan histeris).
b.   Penyangga Hemoglobin
Pada darah, terdapat hemoglobin yang dapat mengikat oksigen untuk selanjutnya dibawa ke seluruh sel tubuh. Asam hemoglobin ion aksi hemoglobin keberadaan oksigen pada reaksi di atas dapat memengaruhi konsentrasi ion H+, sehingga pH darah juga dipengaruhi olehnya. Pada reaksi di atas O2 bersifat basa.Hemoglobin yang telah melepaskan O2 dapat mengikat H+ dan membentuk asam hemoglobin. Sehingga ion H+ yang dilepaskan pada peruraian H2CO3 merupakan asam yang diproduksi oleh CO2 yang terlarut dalam air saat metabolisme.Reaksi kesetimbangan dari larutan penyangga oksi hemoglobin adalah:
HHb + O2 (g) « HbO2- + H+
c.   Penyangga Fosfat
Pada cairan intra sel, kehadiran penyangga fosfat sangat penting dalam mengatur pH darah.Penyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah 7,4. Penyangga di luar sel hanya sedikit jumlahnya, tetapi sangat penting untuk larutan penyangga urin.
2.   Air Ludah sebagai Larutan Penyangga
Gigi dapat larut jika dimasukkan pada larutan asam yang kuat. Email gigi yang rusak dapat menyebabkan kuman masuk ke dalam gigi. Air ludah dapat mempertahankan pH pada mulut sekitar 6,8. Air liur mengandung larutan penyangga fosfat yang dapat menetralisir asam yang terbentuk dari fermentasi sisa-sisa makanan.
3.   Menjaga Keseimbangan pH Tanaman
Suatu metode penanaman dengan media selain tanah, biasanya dikerjakan dalam kamar kaca dengan menggunakan mendium air yang berisi zat hara, disebut dengan hidroponik. Setiap tanaman memiliki pH tertentu agar dapat tumbuh dengan baik. Oleh karena itu dibutuhkan larutan penyangga agar pH dapat dijaga.
4.   Larutan Penyangga pada Obat-Obatan
Asam asetilsalisilat merupakan komponen utama dari tablet aspirin, merupakan obat penghilang rasa nyeri. Adanya asam pada aspirin dapat menyebabkan perubahan pH pada perut. Perubahan pH ini mengakibakan pembentukan hormon, untuk merangsang penggumpalan darah, terhambat; sehingga pendarahan tidak dapat dihindarkan.
Kegunaan larutan penyangga tidak hanya terbatas pada tubuh makhluk hidup. Reaksi-reaksi kimia di laboratorium dan di bidang industri juga banyak menggunakan larutan penyangga. Reaksi kimia tertentu ada yang harus berlangsung pada suasana asam atau suasana basa. Buah-buahan dalam kaleng perlu dibubuhi asam sitrat dan natrium sitrat untuk menjaga pH agar buah tidak mudah dirusak oleh bakteri (Utami, 2009).
III.   METODOLOGI PRAKTIKUM
A.     Waktu dan Tempat
   Praktikum Aplikasi Biokimia Pasca Panen ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 10 Februari 2014, pukul 08:30 – 11:30 WITA, bertempat di Laboratorium Kimia Analisa dan Pengawasan Mutu Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
B.     Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu :

-  labu takar                                  
-  pipet volume
-  bulp
-  timbangan analitik
-  erlenmeyer

                 Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu :

-  asam asetat 0,2 M                    
-  natrium asetat 0,2 M                
-  asam sitrat 0,05 M
-  natrium sitrat 0,05 M
-  asam natrium karbonat 0,1 M
-  natrium karbonat 0,1 M
-  aluminium foil
-  tissue
-  label      
-  aquades

C.     Prosedur Praktikum
Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum kali ini adalah :
·  -   Pembuatan larutan Natrium Sitrat
a.   Disiapkan alat dan bahan.
b.   Dihitung massa Natrium Sitrat padat.
c.   Ditimbang Natrium Sitrat 1,47 gr.
d.   Dimasukkan kedalam labu erlenmeyer.
e.   Ditambahkan aquadest 100ml.
f.    Dihomogenkan.
·   -   Pembuatan larutan buffer sitrat
a.   Dipipet 86ml ke labu takar Natrium Sitrat.
b.   Dipipet 14 ml kelabu takar Asam Sitrat.
c.   Dihomogenkan  kedua larutan tersebut dan di beri label.
D.     Perlakuan Praktikum
Perlakuan praktikum yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1.   Buffer asetat pH 5:
·      Asam Asetat 0,2 M
·      Natrium Asetat 0,2 M
2.   Buffer sitrat pH6:
·      Asam Sitrat 0,05 M
·      Natrium Sitrat 0,05 M
3.   Buffer karbonat pH11:
·      NaHCO3 0,1 M
·      Natrium Karbonat 0,1 M
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil
Hasil praktikum kali ini dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
      Tabel 01.Volume dan Konsentrasi Larutan Buffer.
Jenis Buffer
Larutan
Molaritas (M)
Volume
Buffer Asetat
pH 5
Asam Asetat
0,2 M
32ml
Natrium Asetat
0,2 M
68ml
Buffer Sitrat
pH 6
Asam Sitrat
0,05 M
14 ml
Natrium Sitrat
0,05 M
86 ml
Buffer Karbonat
pH 11
Asam Natrium Karbonat
0,1 M
5,5 ml
Natrium Karbonat
0,1 M
94,5 ml
Sumber: Data Primer Hasil PraktikumAplikasi Biokimia dan Pasca
Panen, 2014.
B.  Pembahasan
Tahap pertama yang dilakukan pada praktikum ini yaitu pembuatan larutan natrium sitrat dengan cara menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan kemudian menghitung massa padat natrium sitrat dengan menggunakan rumus molaritas yaitu M = . Setelah didapatkan hasil massa padatnya kemudian dilakukan pengenceran dengan menambahkan pelarut yang bersifat netral. Pelarut yang digunakan pada praktikum ini yaitu aquadest sebanyak 100 ml lalu dihomogenkan. Hal ini sesuai dengan Alfa (2014), yang menyatakan bahwa pengenceran yaitu suatu cara atau metoda yang diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai yaitu aquadest dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan. 
Tahap selanjutnya pembuatan larutan buffer. Larutan buffer ini dapat dibuat dengan mencampurkan suatu asam lemah atau basa lemah dengan basa kuat atau asam kuat.  Adapun jenis larutan buffer yang dibuat pada praktikum ini yaitu buffer sitrat pH 6, cara membuatnya mencampurkan  secara homogen larutan natrium sitrat dan asam sitrat yang sudah dibuat sesuai dengan volumenya. Adapun volume natrium sitrat sebanyak 86 ml sedangkan asam sitrat 14 ml.  Hal ini sesuai dengan Andy (2009), yang menyatakan bahwa larutan buffer dapat dibuat dengan berbagai cara tergantung dari sifat larutan buffer tersebut. Larutan buffer bersifat asam dapat dibuat dengan cara mencampurkan sejumlah larutan basa kuat dengan asam lemah berlebih sedangkan larutan buffer bersifat basa mencampurkan sejumlah larutan asam kuat dengan larutan basa lemah berlebih.
V. PENUTUP
A.     Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum pembuatan larutan buffer  ini yaitu:
1.      Cara pengenceran pada praktikum ini dilakukan dengan menghitung massa padat natrium sitrat, setelah itu ditambahkan pelarut dengan menggunakan aquadest sebanyak 100 ml dan dihomogenkan.
2.      Cara pembuatan larutan buffer pada praktikum ini dengan mencampurkan suatu asam lemah atau basa lemah dengan basa kuat atau asam kuat. Adapun jenis larutan buffer yang dibuat pada praktikum ini yaitu buffer sitrat pH 6, cara membuatnya mencampurkan secara homogen larutan natrium sitrat dan asam sitrat yang sudah dibuat sesuai dengan volumenya.
B.     Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya yaitu sebaiknya praktikum ini dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan jadwal yang ditetapkan, agar waktu yang dibutuhkan untuk praktikum lebih efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Alfa,  2014. Pengenceran-Larutanhttp://alfakece.blogspot.com/. [10 Februari, 2014], Makassar.

Andy, 2009. Larutan  Penyangga  Buffer. http://andykimia03.wordpress.com. [10 Februari, 2014], Makassar.

Chyntia, 2014. Jenis Larutan Bufferhttp://inschemist.blogspot.com/2012/06/ buffer-ala-chyntia-p-xi-ipa-5-08.html, [10 Februari, 2014], Makassar..

Darma, 2014. Larutanhttp://ocw.gunadarma.ac.id/course/diploma-three-program/study-program-of-computer-engineering-d3/fisika-dasar2/larutan. [10 Februari, 2014], Makassar.

Nita,  2014. Pelarutan dan Pengenceranhttp://forum.um.ac.id/. [10 Februari, 2014], Makassar.

Rachma, 2014. Larutan Buffer Sitrathttp://id.scribd.com/doc/159729035/CaraMembuat-Larutan-Buffer-Sitrat. [11 Februari, 2014], Makassar.

Sahri, 2013. Fungsi Larutan Bufferhttp://sahri.ohlog.com/fungsi-larutan-penyangga.oh81641.html. [10 Februari, 2014], Makassar.

Susi, 2008. Buffer Sitrathttp://digilib.itb.ac.id/files/disk1/626/jbptitbpp-gdl-susiherawa-31294-4-2008ts-3.pdf. [11 Februari, 2014], Makassar.

Tim Dosen Kimia Universitas Hasanuddin. 2010. Kimia Dasar. Universitas Hasanuddin: Makassar.

Utami, Budi, dkk. 2009. Kimia 2 untuk SMA/MA Kelas XI Program Ilmu Alam. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Wikipedia, 2014. Larutan Penyanggahttp://id.wikipedia.org/wiki/Larutan_penya ngga.[10 Februari, 2014], Makassar.

Wikipedia, 2014. Molaritashttp://id.wikipedia.org/wiki. [10 Februari, 2014], Makassar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar